Kamis, 26 Maret 2015

Nugas Tulisan

Berawal dari punya dosen yang merupakan mantan wartawan, dan memang jurusan Jurnalistik yang syarat akan dunia tulis-menulis, jadilah tugas tiap minggu dari seorang dosen tafsir yang melahirkan tulisan setiap minggunya. Up and down. Begitulah kualitas tulisannya tiap minggu. Ya... Tapi, izinkan saya untuk memposting yang satu ini.
PS : Judul ditentukan dosen, dan seragam satu kelas.



Diskusi di Kelasku

Seks merupakan kebutuhan yang memang tidak dapat dihindari sebagai orang yang manusiawi. Jika berbicara perihal seks, memang terlihat sedikit kontrovesial karena sifatnya yang pribadi dan juga vulgar. Seperti di sebuah ruang kelas bermuatan 37 mahasiswa, topik ini dijadikan bahan study para mahasiswa yang notabene-nya telah dewasa dan mengerti perihal seks. Kecanggungan sempat terlihat dari air muka para pemakalah yang mengangkat topik ini.
Dimulai dengan pemaparan pada zaman nabi Luth yang dianggap sebagai masa dimana penyimpangan seks lahir. Kaun Sadom pada masa itu angkuh dengan sifat hedonisnya yang dilampiaskan dengan hasrat hawa nafsu kepada sesama (homo atau lesbi). Buruknya moral, keberanian melampaui batas intelektual, emosi, dan kewajaran dianggap menjadi faktor penyebab adanya penyimpangan seks pada masa itu. Karena hal ini, Allah pun mengutus nabi Luth sebagai pengingat kaum Sadom dan penyampai pesan-pesan Allah.
Pembicaraan melayang jauh ke daratan Eropa ketika dipaparkannya oleh pemakalah bahwa ternyata di zaman ini telah ada beberapa negara yang melegalkan perkawinan sesama jenis. Di beberapa negara yang melegalkan perkawinan sesama jenis, sebenarnya ada kaum minoritas yang tidak setuju akan hukum yang satu ini. Tetapi minoritas tentu akan kalah oleh kelompok mayoritas, seperti halnya yang terjadi di Spanyol. Tanggal 30 Juni 2005, Parlemen Spanyol melegalkan pernikahan sejenis. RUU ini sangat ditentang oleh Gereja Khatolik, tetapi hasil jajak pendapat menunjukkan 62% dari majelis mengabulkan UU tersebut. Ini bukti bahwa penyimpangan seks tersebut masih terus berlanjut.
Penyimpangan seks pada zaman nabi Luth ini tidak berakhir ketika Allah mengazab kaum Sadom dengan hujan batu, tetapi terus berlangsung bahkan sampai pada saat ini. Di zaman modern seperti sekarang ini, banyak hal-hal serupa terjadi, bahkan lebih parah karena sudah ada beberapa negara yang melegalkan perkawinan sesama jenis. Kurangnya iman, dan kepercayaan kepada Tuhan, serta tidak yakinnya bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan, kesalahan bergaul, mental yang kurang kuat, menjadi faktor adanya penyimpangan seks pada zaman modern ini.
Dampak yang diberikan atas kesalahan prilaku ini sangat mengerikan, seperti yang telah dilakukan study bahwa mereka yang pernah menjadi korban atas penyimpangan seks ini bisa saja dapat menjadi pelaku dari penyimpangan seks dikemudian hari. Adanya penyimpangan seks ini akan menyebabkan ketimpangan sosial, karena pada hakekatnya laki-laki dan perempuan diciptakan berpasangan dan apabila terjadi perkawinan sesama jenis tentu akan sangat bertentangan dengan fitrah manusia.
Acungan tangan menjadi penanda dimulainya sesi diskusi, hampir separuh peserta diskusi saat itu melemparkan tangannya tinggi-tinggi keangkasa dengan harapan agar dapat bertanya satu-dua pertanyaan. Kelimitan waktu yang diberikan menjadikan sesi diskusi terbatasi. Terseleksi enam pertanyaan yang menjadikan suasana kelas lebih riuh panas karena AC yang kurang bekerja maksimal dan panas karena pembicaraan telah menanjak klimaks.

Waktu ditelan oleh pertanyaan yang ditimpali pemakalah, sedikit molor dari jadwal. Tetapi... inilah mahasiswa. Kritis. 

0 komentar:

Posting Komentar