Di
postingan kali ini, gue akan bahas tentang ‘sudut pandang’, doi temen baru gue.
Setelah berlama-lama temenan sama random yang ngga ada abisnya, gue cari temen
baru. Ngga kok, randomnya ngga akan gue lupain.
Sudut
pandang, seonggok temen gue ini hebat. Sudut pandang bisa membenarkan presepsi
yang salah, dan bisa menyalahkan presepsi yang benar. Semua tergantung dengan
sudut pandang, tergantung dari mana elo ngeliat suatu perkara.
Contoh
kecilnya gini, Yangkung sama Yangti udah pacaran lama, si Yangtinya sayaaaaaang
banget ama Yangkung. Tapi, karena Yangti nekat ikut kuis di tv yang
mengharuskan dia mencukur habis rambutnya yang lurus panjang dan hitam legam demi
mendapatkan uang tunai sebesar dua juta rupiah dengan pajak sebesar delapan
puluh persen dan dikarenakan berbagai macam alasan lainnya, Yangkung pun
mutusin Yangti.
Yangti
nerima keputusan Yangkung apa adanya dengan hati yang berserakan. Setelah
sekian lama, ternyata Yangti masih merasa sayang pada Yangkung. Yangti ngestalk
profil facebook sama timeline Yangkung setiap malem, ngecek last seen whatsapp
Yangkung, liat-liat chat history, mimpiin Yangkung. Yangti ngga bisa move on,
padahal Yangkung lagi deketin cewe lain.
Sikap
Yangti disini bisa baik atau bisa buruk, tergantung sama seonggok temen gue
diatas. Kalo diliat dari sisi Yangti, Yangti itu….
(+)
baik
- Yangti anak setia. Walaupun udah diputusin sama Yangkung, Yangti masih tetep sayang. Tapi tentu aja setia dalam sudut pandang yang bedaaaaaaaaaaaa banget.
- Yangti anak pemimpi, kata orang, orang-orang sukses itu memulai semuanya dari mimpi. Bagus sih, si Yangti pemimpi yatapi kalo cuma mimpi doang mah ga bagus. Kerjaannya tidur mulu, ntar. Mimpinya harus dibarengi sama usaha. Gitu.
(-)
buruk
- Dengan Yangti yang terus-terusan nginget Yangkung, yang mana udah jadi masa lalunya, secara tidak langsung Yangti menutup kemungkinan-kemungkinan yang lebih baik untuk dirinya di masa depan.
- Yangti akan selalu hidup dalam masa lalu, ngga bisa maju.
Menurut
gue, apa yang dilakukan Yangti itu salah, yaa meskipun kalo ngomongin perasaan
itu nggak ada habisnya lho ya. Kenapa salah? Ya itu, Yangti menutup kemungkinan
baik untuk dirinya sendiri sementara dia sibuk sama Yangkung—masa lalunya. Padahalkan,
“the show must go on” gimanapun keadaannya. Seharusnya Yangti berdamai sama
masa lalu, jadiin masa lalunya pelajaran buat dirinya, bukan jadi patokan. Karna mau
bagaimanapun, masa lalu juga merupakan bagian dari diri kita. Gitu.
PS: Teori tidak semudah praktek.Ada yang
udah berhasil move on? Good.
**
Nah
kan, dari contoh diatas udah keliatan kalo temen gue ini keren, meskipun sering
bikin kekeliruan. Pesen gue sih satu, ya kalo kita lagi dapet masalah, bukan cuma
ngeliat masalah itu dari sisi kita, tapi dari sisi orang lain juga. Baik atau nggak
jalan keluar yang diambil untuk semua pihak. Liat dari berbagai 'sudut pandang'.
Ini
quote dari Om Tere :
“Segala bentuk kehilangan itu memang menyakitkan. Apapun bentuk kehilangan itu, ketahuilah, cara terbaik untuk memahaminya adalah selalu dari sisi yang pergi. Bukan dari sisi yang ditinggalkan."
0 komentar:
Posting Komentar