Pagi itu….
Saat pertama kali aku bertemu dengan Ibumu, mencium tangannya yang sekuat baja. Ingin rasanya aku
meneriakkan sesuatu ditelinganya.
“Ibu…..
Meskipun
ini kali pertama kita bertemu, tapi percayalah pada anakmu yang satu ini….
Bahwasannya, namamu tidak kalah banyak ku sebut dari nama keluargaku dalam
untaian doaku. Iya, begitu juga dengan nama anakmu.”
**
Kamu, yang
merasa tersaingi oleh langit. Butuh berapa ribu kali aku katakan? Bahwa kamu
dan langit itu satu. Ya meskipun berbeda.